Sabtu, 08 Februari 2014

Kanker lambung, Gejala, Penyebab dan Pencegahan Dini

Kanker lambung, Gejala, Penyebab dan Pencegahan Dini <<>> Pernah tidak teman-teman mendengar tentang kanker lambung ? Lambung adalah alat pencernaan berotot yang berbentuk seperti kantong. Bagian dalam dinding lambung berlipat-lipat. Bagian ini berguna untuk mengaduk makanan yang berasal dari kerongkongan. Dinding lambung juga menghasilkan asam klorida. Asam klorida atau asam lambung berguna untuk membunuh kuman-kuman yang masuk bersama makanan. Selain itu, di dalam lambung terdapat enzim pepsin dan renin. Enzim renin berfungsi mengendapkan protein susu menjadi kasein. Enzim pepsin berguna untuk mengubah protein menjadi asam amino. Di dalam lambung ini terjadi pencernaan secara mekanik dan kimiawi. Kanker lambung adalah tumor ganas yang terjadi pada lambung.
 Penyebab dan Terjadinya
Penyebab kanker lambung sampai sekarang belum diketahui secara pasti, tetapi bukti bukti menunjukkan bahwa lingkungan ,mungkin makanan,memegang peranan dalam hal ini.Dugaan belakangan ini menghubungkan kanker lambung dengan makan banyak makanan yang diawetkan dengan diasini,diasap atau diasamkan .Faktor factor tertentu lainnya,seperti anemia megaloblastik, gastrektomi parsial, rupanya memperbesar resiko tertkena kanker ini.

Kanker lambung jarang timbul pada orang yang berusia di bawah 40 tahun dan lebih banyak menyerang pria daripada wanita. Bila dilihat secara geografis,ada perbedaan mencolok antara angka statistic kasus kanker ini;di Jepang terdapat 80 sampai 90 orang dari tiap 100.000 penduduk yang terkena kanker lambung,sedangkan di Amerika serikat hanya 10 orang dari 100.000 per tahun.

Gejala

  • Tumor umumnya tidak menimbulkan gejala hingga penyakit sudah menginjak stadium lanjut.
  • Bila timbul gejala, yang paling umum adalah penurunan berat badan, sakit perut, mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan perasaan penuh di perut.
  • Gejala yang kurang umum termasuk kesulitan menelan, tinja hitam, massa perut terlihat, dan cairan di dalam perut (disebut ascites).

Faktor Risiko

  • Infeksi Helicobacter pylori:Iinfeksi kronis bakteri Helicobacter pylori (bakteri yang sama yang menyebabkan ulkus peptikum atau tukak lambung) merupakan faktor risiko yang kuat terkena kanker lambung. Beberapa studi menunjukkan bahwa bakteri ini mungkin bertanggung jawab untuk 90 persen kanker lambung.
  • Umur: Penyakit ini jarang terjadi sebelum usia 40 tahun, tapi insiden penyakit ini meningkat terus setelahnya.
  • Genetika: Riwayat keluarga positif dan golongan darah A berhubungan dengan peningkatan risiko. Tidak jelas apakah ada gen tertentu yang meningkatkan atau mengurangi risiko.
  • Jenis Kelamin: Pria memiliki risiko dua kali lipat, dibandingkan dengan wanita.
  • Diet: Asupan makanan tinggi dari makanan asin, asap, dan acar diketahui meningkatkan risiko. Asupan tinggi buah dan sayuran menurunkan risiko.
  • Penggunaan alkohol dan rokok: Penggunaan alkohol dan rokok diperkirakan meningkatkan risiko, tapi belum ada bukti yang meyakinkan untuk peran mereka.
  • Penyakit lambung: Riwayat gastritis kronis, anemia pernisiosa, atau gastrektomi parsial meningkatkan risiko.

Diagnosa

  • Riwayat menyeluruh dan pemeriksaan fisik adalah langkah pertama dari evaluasi terhadap kanker lambung.
  • Tes terbaik untuk diagnosis adalah endoskopi dengan biopsi. Setelah pemberian anestesi, kabel serat optik kecil perlahan-lahan diturunkan ke dalam tenggorokan menuju perut. Hal ini memungkinkan untuk visualisasi langsung dari dinding perut dan biopsi dari tumor yang dicurigai.
  • Tes yang umum digunakan, disebut upper GI series dengan menelan barium, melibatkan serangkaian sinar-X untuk mengevaluasi perut dan usus bagian atas. Sebelum tes, pasien harus meminum sejumlah kecil agen kontras untuk meningkatkan akurasi X-ray.
  • Dalam beberapa kasus, CT scan atau pengujian lainnya mungkin diperlukan.

  Mendiagnosa Kanker Lambung ENDOSKOPI

 Terapi

  • Pembedahan untuk mengangkat tumor sangat penting untuk penyembuhan. Pada tahap awal penyakit ini, operasi memiliki tingkat keberhasilan yang baik. Sayangnya, kebanyakan tumor didiagnosis sudah stadium lanjut dan tidak dapat sepenuhnya diangkat. Dalam beberapa kasus, sebagian perut akan diangkat (gastrektomi parsial). Di kasus lain, seluruh perut harus diangkat (gastrektomi). Lainnya, organ terdekat juga harus diangkat.
  • Kemoterapi atau radiasi dapat digunakan pada pasien dengan gejala berat, tetapi hal itu tidak akan menyembuhkan penyakit.
Pencegahan Dini Untuk Kanker Lambung
Kanker menjadi penyakit yang jamak didengar saat ini. Salah satuynya kanker lambung atau gastric cancer yang menyerang orang pada usia 50-60 tahun dengan perbandingan antara pria dan wanita 3:1.

Kanker lambung disebabkan oleh dua hal,karena faktor keturunan dan pola hidup yang tidak sehat seperti ,stress,serta mengkonsumsi mengkonsumsi makanan yang diawetkan dan tidak sadar bahwa makanan tersebut dapat berjamur dalam jangka waktu yang lama.

Untuk orang yang riwayat keluarganya menderita penyakit lambung atau kanker lambung,disarankan untuk medical chek up secara rutin. Atrophic gastritis,polip di lambung dan penyakit kronis lambung menjadi hal yang patut diwaspadai karena itu merupakan tanda awal perubahan kanker. Jadi yang sudah mengetahui pola hidupnya tidak sehat , sebaiknya mulai rutin mengkonsumsi makanan dengan gisi berimbang serta berusaha meminimalkan stress. Salah satu sifat penyakit ini adalah mudah menyebar dan kambuh kembali.Untuk itu,pencegahan dini dengan diagnosa sedini mungkin menjadi langkah yang tepat untuk mencegah penyebaran sel kanker.

Pada stadium awal,gejala kanker lambung adalah perut bagian atas tidak sehat,sakit perut,tidak ada selera makan,mual,muntah. Sementara gejala dari kanker lambung stadium akhir adalah berat badan menurun, anemia dan pendarahan.

Diagnosa untuk kanker lambung diantaranya dengan USG,CT-scan untuk melihat area penyebaran ke organ lain, pemeriksaan darah dengan tumor marker seperti CEA,FSA,dan GCA.
Adapula diagnosa lain seperti fiber endoscopy yang dibarengi dengan pemeriksaan biopsi, yang dapat mendiagnosa kanker lambung.

Dokter akan mempertimbangkan penyakit ini berdasarkan posisi letak tumor.pathology jenis tumor,pembagian stadium, dan kondisi stamina pasien  untuk memutuskan rencana pengobatan. Metode pengobatan yang biasa dipakai untuk membantu mengatasi kanker lambung adalah dengan operasi dan kemoterapi. Operasi bisa diterapkan apabila pasien bisa memiliki daya tahan yang baik terhadap efek operasi,umumnya untuk penderita di stadium awal atau sedang.

Untuk mengatasi kanker lambung, yang mutlak dilakukan adalah pencegahan dan diagnosa dini,menerapkan metode pengobatan gabungan ilmiah,serta tak lupa usaha dari dokter dan pasien.
 
 
Semoga kita dalam hidup terhindar dari kanker lambung, amiin. Semoga postingan ini yang berjudul Kanker lambung, Gejala, Penyebab dan Pencegahan Dini berguna untuk kamu dalam hal menambah pengetahuan. Terima kasih telah mengunjungi blog ini.

EFUSI PLEURA





Gambar yang memuat keterangan merupakan gambaran thoraks normal PA view dan Lateral view.






Definisi
 Suatu keadaan di mana terdapatnya cairan yang berlebih jumlahnya di dalam cavum pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan reabsorbsi (penyerapan ) cairan pleura.
 Adanya cairan di cavum pleura yang volumenya > normal (vol. normal: 5-15 cc).
 Cairan dalam jumlah yang berlebih dapat mengganggu pernapasan dengan membatasi peregangan paru selama inhalasi.
 Dalam keadaan normal rongga pleura berisi sedikit cairan untuk sekedar melicinkan permukaan pleura parietalis dan visceralis yang saling bergerak karena pernapasan.
 Cairan masuk ke dalam rongga melalui pleura parieatalis yang bertekanan tinggi dan diserap oleh sirkulasi di pleura visceralis yang bertekanan rendah. Dan diserap juga oleh kelenjar limfe dalam pleura parietalis dan pleura visceralis.

Etiologi
1. Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi kordis, penyakit ginjal, tumor mediastinum, sindroma meig’s (tumor ovarium) dan sindroma vena kava superior.
2. Pembentukan cairan yang berlebihan, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis, abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.
Kelebihan cairan rongga pleura dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
1) Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
2) Penurunan tekanan osmotic koloid darah
3) Peningkatan tekanan negative intrapleural
4) Adanya inflamasi atau neoplastik pleura.

Patofisiologi
 Di dalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis. Cairan ini dihasilkan oleh kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya tarik elastis. Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis, sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
 Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan vena (gagal jantung).
 Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan eksudat pleura. Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan osmotic koloid yang menurun. Eksudat dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.

Manifestasi klinis
1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosis), banyak keringat, batuk.
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

Pemeriksaan penunjang
Untuk membantu memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan berikut:


• Rontgen dada
Rontgen dada biasanya merupakan langkah pertama yang dilakukan untuk mendiagnosis efusi pleura, yang hasilnya menunjukkan adanya cairan.

 CT scan dada
CT scan dengan jelas menggambarkan paru-paru dan cairan dan bisa menunjukkan adanya pneumonia, abses paru atau tumor .

 USG dada
USG bisa membantu menentukan lokasi dari pengumpulan cairan yang jumlahnya sedikit, sehingga bisa dilakukan pengeluaran cairan.
 Torakosentesis
Penyebab dan jenis dari efusi pleura biasanya dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap contoh cairan yang diperoleh melalui torakosentesis (pengambilan cairan melalui sebuah jarum yang dimasukkan di antara sela iga ke dalam rongga dada di bawah pengaruh pembiusan lokal).
 Biopsi
Jika dengan torakosentesis tidak dapat ditentukan penyebabnya, maka dilakukan biopsi, di mana contoh lapisan pleura sebelah luar diambil untuk dianalisa. Pada sekitar 20% penderita, meskipun telah dilakukan pemeriksaan menyeluruh, penyebab dari efusi pleura tetap tidak dapat ditentukan.
 Analisa cairan pleura
 Bronkoskopi

Bronkoskopi kadang dilakukan untuk membantu menemukan sumber cairan yang terkumpul.

Penatalaksanaan
1. Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta dispneu. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (seperti gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis).
2. Torakosentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan specimen guna keperluan analisis, dan untuk menghilangkan dispneu.
3. Bila penyebab dasar malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam beberapa hari atau minggu, torakosentesis berulang mengakibatkan nyeri, penipisan protein dan elektrolit, dan kadang pneumothoraks. Dalam keadaan ini kadang diatasi dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevakuasi ruang pleura dan pengembangan paru.
4. Agen yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin dimasukkan ke dalam ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
5. Pengobatan lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi diuretic.
6. Antibiotik bila karena infeksi bakterial.

Dengan foto thoraks posisi lateral decubitus dapat diketahui adanya cairan dalam rongga pleura sebanyak paling sedikit 50 ml, sedangkan dengan posisi AP atau PA paling tidak cairan dalam rongga pleura sebanyak 300 ml. Pada foto thoraks posisi AP atau PA ditemukan adanya sudut costophreicus yang tidak tajam.

Ultrasonografi lebih sensitif dalam menegakkan adanya efusi pleura dibandingkan foto toraks. USG mampu mendeteksi adanya cairan efusi meskipun hanya 3–5 cc, sementara foto toraks memerlukan minimal 50 cc.

Kenali Clubfoot atau CTEV Pada Anak


clubfoot.jpg club foot image by hartz18
  • Clubfoot adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan deformitas umum dimana kaki berubah dari posisi yang normal.
  • Congenital Talipes Equino-varus (CTEV) atau biasa disebut Clubfoot merupakan deformitas yang umum terjadi pada anak-anak,
  • Clubfoot  sering disebut juga CTEV (Congeintal Talipes Equino Varus) adalah deformitas yang meliputi fleksi dari pergelangan kaki, inversi dari tungkai, adduksi dari kaki depan, dan rotasi media dari tibia (Priciples of Surgery, Schwartz). Talipes berasal dari kata talus (ankle) dan pes (foot), menunjukkan suatu kelainan pada kaki (foot) yang menyebabkan penderitanya berjalan pada ankle-nya. Sedang Equinovarus berasal dari kata equino (meng.kuda) + varus (bengkok ke arah dalam/medial).
  • Sampai saat ini masih banyak  perdebatan dalam etiopatologi CTEV.
  • Patogenesisnya bersifat multifaktorial. Banyak teori telah diajukan sebagai penyebab deformitas ini, termasuk faktor genetic, defek sel germinativum primer, anomali vascular, faktor jaringan lunak, faktor intrauterine dan faktor miogenik. Telah diketahui bahwa kebanyakan anak dengan CTEV memiliki atrofi otot betis, yang tidak hilang setelah terapi, karenanya mungkin terdapat hubungan antara patologi otot dan deformitas ini.
  • CTEV adalah salah satu anomali ortopedik kongenital yang paling sering terjadi seperti dideskripsikan oleh Hippocrates pada tahun 400 SM, dengan gambaran klinis tumit yang bergeser kebagian dalam dan kebawah, forefoot juga berputar kedalam. Tanpa terapi, pasien dengan clubfoot akan berjalan dengan bagian luar kakinya, yang mungkin menimbulkan nyeri dan atau disabilitas. Meskipun begitu, hal ini masih menjadi tantangan bagi keterampilan para ahli bedah ortopedik anak akibat adanya kecenderungan kelainan ini menjadi relaps, tanpa memperdulikan apakah kelainan tersebut diterapi secara operatif maupun konservatif. Salah satu alasan terjadinya relaps antara lain adalah kegagalan ahli bedah dalam mengenali kelainan patoanatomi yang mendasarinya. clubfoot seringkali secara otomatis diangggap sebagai deformitas equinovarus, namun ternyata terdapat permutasi dan kombinasi lainnya, seperti Calcaneovalgus,, Equinovalgus dan Calcaneovarus yang mungkin saja terjadi.
  • CTEV merupakan kelainan kongenital kaki yang paling penting karena mudah mendiagnosisnya tetapi sulit mengkoreksinya secara sempurna, meskipun oleh ortopedis yang berpengalaman. Derajat beratnya deformitas dapat ringan, sedang atau berat, tergantung fleksibilitas atau adanya resistensi terhadap koreksi. CTEV harus dibedakan dengan postural clubfoot atau posisional equinovarus dimana pada CTEV bersifat rigid, menimbulkan deformitas yang menetap bila tidak dikoreksi segera.
  • Penatalaksanaan CTEV bertujuan untuk mencegah terjadinya disabilitas sehingga penderita dapat melakukan aktifitas secara normal baik ketika anak-anak maupun setelah tumbuh dewasa. Penatalaksanaan CTEV harus dapat dilakukan sedini mungkin, minimal pada beberapa hari setelah lahir, meliputi koreksi pasif, mempertahankan koreksi untuk jangka panjang dan pengawasan sampai akhir pertumbuhan anak. Pada beberapa kasus diperlukan tindakan pembedahan. Penatalaksanaan rehabilitasi medis pada penderita CTEV sangat penting dalam hal mencegah terjadinya disabilitas secara dini maupun setelah dilakukan tindakan koreksi secara operatif.3
  • Beberapa dari deformitas kaki termasuk deformitas ankle disebut dengan talipes yang berasal dari kata talus (yang artinya ankle) dan pes (yang berarti kaki). Deformitas kaki dan ankle dipilah tergantung dari posisi kelainan ankle dan kaki.
  • Deformitas talipes diantaranya :
    - Talipes varus : inversi atau membengkok ke dalam
    - Talipes valgus : eversi atau membengkok ke luar
    - Talipes equinus : plantar fleksi dimana jari-jari lebih rendanh daripada tumit
    - Talipes calcaneus : dorsofleksi dimana jari-jari lebih tinggi daripada tumit
  • Club Foot terjadi kelainan berupa :
    Fore Foot Adduction (kaki depan mengalami adduksi dan supinasi)
    Hind Foot Varus (tumit terinversi)
    Equinus ankle (pergelangan kaki dalam keadaan equinus = dalam keadaan plantar fleksi)
  • Clubfeet yang terbanyak merupakan kombinasi dari beberapa posisi dan angka kejadian yang paling tinggi adalah tipe talipes equinovarus (TEV) dimana kaki posisinya melengkung kebawah dan kedalam dengan berbagai tingkat keparahan. Unilateral clubfoot lebih umum terjadi dibandingkan tipe bilateral dan dapat terjadi sebagai kelainan yang berhubungan dengan sindroma lain seperti aberasi kromosomal, artrogriposis (imobilitas umum dari persendian), cerebral palsy atau spina bifida.
  • Frekuensi clubfoot dari populasi umum adalah 1 : 700 sampai 1 : 1000 kelahiran hidup dimana anak laki-laki dua kali lebih sering daripada perempuan. Insidensinya berkisar dari 0,39 per 1000 populasi Cina sampai 6,8 per 1000 diantara orang.  Berdasarkan data, 35% terjadi pada kembar monozigot dan hanya 3% pada kembar dizigot. Ini menunjukkan adanya peranan faktor genetika. 
Penyebab
Penyebab utama CTEV tidak diketahui. Adanya berbagai macam teori penyebab terjadinnya CTEV menggambarkan betapa sulitnya membedakan antara CTEV primer dengan CTEV sekunder karena suatu proses adaptasi.
Beberapa teori mengenai penyebab terjadinya CTEV:
  •  Teori kromosomal, antara lain defek dari sel germinativum yang tidak dibuahi dan muncul sebelum fertilisasi.
  • Teori embrionik, antara lain defek primer yang terjadi pada sel germinativum yang dibuahi (dikutip dari Irani dan Sherman) yang mengimplikasikan defek terjadi antara masa konsepsi dan minggu ke-12 kehamilan.
  • Teori otogenik, yaitu teori perkembangan yang terhambat, antara lain hambatan temporer dari perkembangan yang terjadi pada atau sekitar minggu ke-7 sampai ke-8 gestasi. Pada masa ini terjadi suatu deformitas clubfoot yang jelas, namun bila hambatan ini terjadi setelah minggu ke-9, terjadilah deformitas clubfoot yang ringan hingga sedang. Teori hambatan perkembangan ini dihubungkan dengan perubahan pada faktor genetic yang dikenal sebagai “Cronon”. “Cronon” ini memandu waktu yang tepat dari modifikasi progresif setiap struktur tubuh semasa perkembangannya. Karenanya, clubfoot terjadi karena elemen disruptif (lokal maupun umum) yang menyebabkan perubahan faktor genetic (cronon).
  • Teori fetus, yakni blok mekanik pada perkembangan akibat intrauterine crowding.
  • Teori neurogenik, yakni defek primer pada jaringan neurogenik.
  • Teori amiogenik, bahwa defek primer terjadi di otot.

Manifestasi klinis

  • Gejala klinis dapat ditelusuri melalui riwayat keluarga yang menderita clubfoot atau kelainan neuromuskuler, dan dengan melakukan pemeriksaan secara keseluruhan untuk mengidentifikasi adanya abnormalitas.
  • Pemeriksaan dilakukan dengan posisi prone, dengan bagian plantar yang terlihat, dan supine untuk mengevaluasi rotasi internal dan varus. Jika anak dapat berdiri , pastikan kaki pada posisi plantigrade, dan ketika tumit sedang menumpu, apakah pada posisi varus, valgus atau netral.
  • Deformitas serupa terlihat pada myelomeningocele and arthrogryposis. Oleh sebab itu agar selalu memeriksa gejala-gejala yang berhubungan dengan kondisi-kondisi tersebut. Ankle equinus dan kaki supinasi (varus) dan adduksi (normalnya kaki bayi dapat dorso fleksi dan eversi, sehingga kaki dapat menyentuh bagian anterior dari tibia). Dorso fleksi melebihi 90° tidak memungkinkan.
Diagnosis
  • Kelainan ini mudah didiagnosis, dan biasanya terlihat nyata pada waktu lahir (early diagnosis after birth). Pada bayi yang normal dengan equinovarus postural, kaki dapat mengalami dorsifleksi dan eversi hingga jari-jari kaki menyentuh bagian depan tibia. “Passive manipulation dorsiflexion → Toe touching tibia → normal”.
  • Bentuk dari kaki sangat khas. Kaki bagian depan dan tengah inversi dan adduksi. Ibu jari kaki terlihat relatif memendek. Bagian lateral kaki cembung, bagian medial kaki cekung dengan alur atau cekungan pada bagian medial plantar kaki. Kaki bagian belakang equinus. Tumit tertarik dan mengalami inversi, terdapat lipatan kulit transversal yang dalam pada bagian atas belakang sendi pergelangan kaki. Atrofi otot betis, betis terlihat tipis, tumit terlihat kecil dan sulit dipalpasi. Pada manipulasi akan terasa kaki kaku, kaki depan tidak dapat diabduksikan dan dieversikan, kaki belakang tidak dapat dieversikan dari posisi varus. Kaki yang kaku ini yang membedakan dengan kaki equinovarus paralisis dan postural atau positional karena posisi intra uterin yang dapat dengan mudah dikembalikan ke posisi normal. Luas gerak sendi pergelangan kaki terbatas. Kaki tidak dapat didorsofleksikan ke posisi netral, bila disorsofleksikan akan menyebabkan terjadinya deformitas rocker-bottom dengan posisi tumit equinus dan dorsofleksi pada sendi tarsometatarsal. Maleolus lateralis akan terlambat pada kalkaneus, pada plantar fleksi dan dorsofleksi pergelangan kaki tidak terjadi pergerakan maleoulus lateralis terlihat tipis dan terdapat penonjolan korpus talus pada bagian bawahnya. Tulang kuboid mengalami pergeseran ke medial pada bagian distal anterior tulang kalkaneus. Tulang navicularis mengalami pergeseran medial, plantar dan terlambat pada maleolus medialis, tidak terdapat celah antara maleolus medialis dengan tulang navikularis. Sudut aksis bimaleolar menurun dari normal yaitu 85° menjadi 55° karena adanya perputaran subtalar ke medial.
  • Terdapat ketidakseimbangan otot-otot tungkai bawah yaitu otot-otot tibialis anterior dan posterior lebih kuat serta mengalami kontraktur sedangkan otot-otot peroneal lemah dan memanjang. Otot-otot ekstensor jari kaki normal kekuatannya tetapi otot-otot fleksor jari kaki memendek. Otot triceps surae mempunyai kekuatan yang normal.
  • Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina bifida. Sendi lain seperti sendi panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa untuk melihat adanya subluksasi atau dislokasi. Pmeriksaan penderita harus selengkap mungkin secara sistematis seperti yang dianjurkan oleh R. Siffert yang dia sebut sebagai Orthopaedic checklist untuk menyingkirkan malformasi multiple.
DIAGNOSIS BANDING
  1. Postural clubfoot- disebabkan oleh posisi fetus dalam uterus. Kaki dapat dikoreksi secara manual oleh pemeriksa. Mempunyai respon yang baik dan cepat terhadap serial casting dan jarang akan kambuh kembali
  2. Metatarsus adductus (atau varus)- adalah deformitas pada metatarsal saja. Kaki bagian depan mengarah ke bagian medial dari tubuh. Dapat dikoreksi dengan manipulasi dan mempunyai respon terhadap serial casting.

Prognosis
Asalkan terapi dimulai sejak lahir, deformitas sebagian besar dapat diperbaiki; walupun demikian, keadaan ini sering tidak sembuh sempurna dan sering kambuh, terutama pada bayi dengan kelumpuhan otot yang nyata atau disertai penyakit neuromuskuler. Beberapa kasus menunjukkan respon yang positif terhadap penanganan, sedangkan beberapa kasus lain menunjukkan respon yang lama atau tidak berespon samasekali terhadap treatmen. Orangtua harus diberikan informasi bahwa hasil dari treatmen tidak selalu dapat diprediksi dan tergantung pada tingkat keparahan dari deformitas, umur anak saat intervensi, perkembangan tulang, otot dan syaraf. Fungsi kaki jangka panjang setelah terapi secara umum baik tetapi hasil study menunjukkan bahwa koreksi saat dewasa akan menunjukkan kaki yang 10% lebih kecil dari biasanya
Penanganan
Sekitar 90-95% kasus club foot bisa di-treatment dengan tindakan non-operatif. Penanganan yang dapat dilakukan pada club foot tersebut dapat berupa :

Non-Operative :
  • Pertumbuhan yang cepat selama periode infant memungkinkan untuk penanganan remodelling. Penanganan dimulai saat kelainan didapatkan dan terdiri dari tiga tahapan yaitu : koreksi dari deformitas, mempertahankan koreksi sampai keseimbangan otot normal tercapai, observasi dan follow up untuk mencegah kembalinya deformitas.
  • Koreksi dari CTEV adalah dengan manipulasi dan aplikasi dari serial “cast” yang dimulai dari sejak lahir dan dilanjutkan sampai tujuan koreksi tercapai. Koreksi ini ditunjang juga dengan latihan stretching dari struktur sisi medial kaki dan latihan kontraksi dari struktur yang lemah pada sisi lateral.
  • Manipulasi dan pemakaian “cast” ini diulangi secara teratur (dari beberapa hari sampai 1-2 bulan dengan interval 1-2 bulan) untuk mengakomodir pertumbuhan yang cepat pada periode ini.
  • Jika manipulasi ini tidak efektif, dilakukan koreksi bedah untuk memperbaiki struktur yang berlebihan, memperpanjang atau transplant tendon. Kemudian ektremitas tersebut akan di “cast” sampai tujuan koreksi tercapai. Serial Plastering (manipulasi pemasangan gibs serial yang diganti tiap minggu, selama 6-12 minggu). Setelah itu dialakukan koreksi dengan menggunakan sepatu khusus, sampai anak berumur 16 tahun.
  • Perawatan pada anak dengan koreksi non bedah sama dengan perawatan pada anak dengan anak dengan penggunaan “cast”. Anak memerlukan waktu yang lama pada koreksi ini, sehingga perawatan harus meliputi tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Observasi kulit dan sirkulasi merupakan bagian penting pada pemakaian cast. Orangtua juga harus mendapatkan informasi yang cukup tentang diagnosis, penanganan yang lama dan pentingnya penggantian “cast” secara teratur untuk menunjang penyembuhan.
  • Perawatan “cast” (termasuk observasi terhadap komplikasi), dan menganjurkan orangtua untuk memfasilitasi tumbuh kembang normal pada anak walaupun ada batasan karena deformitas atau therapi yang lama.
  • Perawatan “cast” meliputi :
    - Biarkan cast terbuka sampai kering
    - Posisi ektremitas yang dibalut pada posisi elevasi dengan diganjal bantal pada hari pertama atau sesuai  intruksi
    - Observasi ekteremitas untuk melihat adanya bengkak, perubahan warna kulit dan laporkan bila ada perubahan yang abnormal
    - Cek pergerakan dan sensasi pada ektremitas secara teratur, observasi adanya rasa nyeri
    - Batasi aktivitas berat pada hari-hari pertama tetapi anjurkan untuk melatih otot-otot secara ringan, gerakkan sendi diatas dan dibawah cast secara teratur.
    - Istirahat yang lebih banyak pada hari-hari pertama untuk mencegah trauma
    - Jangan biarkan anak memasukkan sesuatu ke dalam cast, jauhkan benda-benda kecil yang bisa dimasukkan ke dalam cast oleh anak
    - Rasa gatal dapat dukurangi dengan ice pack, amati integritas kulit pada tepi cast dan kolaborasikan bila gatal-gatal semakin berat
    - Cast sebaiknya dijauhkan dari dengan air

CAST PADA CTEV (POSENTI TRETMENT)
Traditional manipulation and casting methods fail...

Traditional manipulation and casting methods fail, as they do not allow the free rotation of the calcaneum and the talus


Ilizarov distraction for arthrogrypotic clubfoot.

Ilizarov distraction for arthrogrypotic clubfoot.


Operatif
  • Indikasi dilakukan operasi adalah sebagai berikut :
    • Jika terapi dengan gibs gagal
    • Pada kasus Rigid club foot pada umur 3-9 bulan
  • Operasi dilakaukan dengan melepasakan karingan lunak yang mengalami kontraktur maupun dengan osteotomy. Osteotomy biasanya dilakukan pada kasus club foot yang neglected/ tidak ditangani dengan tepat.
  • Kasus yang resisten paling baik dioperasi pada umur 8 minggu, tindakan ini dimulai dengan pemanjangan tendo Achiles ; kalau masih ada equinus, dilakuakan posterior release dengan memisahkan seluruh lebar kapsul pergelangan kaki posterior, dan kalau perlu, kapsul talokalkaneus. Varus kemudian diperbaiki dengan melakukan release talonavikularis medial dan pemanjangan tendon tibialis posterior.(Ini Menurut BuKu Appley).
  • Pada umur > 5 tahun dilakukan bone procedure osteotomy. Diatas umur 10 tahun atau kalau tulang kaki sudah mature, dilakukan tindakan artrodesis triple yang terdiri atas reseksi dan koreksi letak pada tiga persendian, yaitu : art. talokalkaneus, art. talonavikularis, dan art. kalkaneokuboid.
Komplikasi
  1. Komplikasi dapat terjadi dari terapi konservatif maupun operatif. Pada terapi konservatif mungkin dapat terjadi maslah pada kulit, dekubitus oleh karena gips, dan koreksi yang tidak lengkap. Beberapa komplikasi mungkin didapat selama dan setelah operasi. Masalah luka dapat terjadi setelah operasi dan dikarenakan tekanan dari cast. Ketika kaki telah terkoreksi, koreksi dari deformitas dapat menarik kulit menjadi kencang, sehinggga aliran darah menjadi terganggu. Ini membuat bagian kecil dari kulit menjadi mati. Normalnya dapat sembuh dengan berjalannya waktu, dan jarang memerlukan cangkok kulit.
  2. Infeksi dapat terjadi pada beberapa tindakan operasi. Infeksi dapat terjadi setelah operasi kaki clubfoot. Ini mungkin membutuhkan pembedahan tambahan untuk mengurangi infeksi dan antibiotik untuk mengobati infeksi.
  3. Kaki bayi sangat kecil, strukturnya sangat sulit dilihat. Pembuluh darah dan saraf mungkin saja rusak akibat operasi. Sebagian besar kaki bayi terbentuk oleh tulang rawan. Material ini dapat rusak dan mengakibatkan deformitas dari kaki. Deformitas ini biasanya terkoreksi sendir dengan bertambahnya usia
Clubfoot atau secara luas dikenal sebagai sinonim untuk talipes equinovarus, merupakan deformitas kongenital yang bahkan sebelum jaman hippocrates sudah menarik perhatian dunia medis. Banyak keadaan bisa menyebabkan deformitas clubfoot dengan perubahan struktur serupa abnormalitas ini terbentuk selama masa pertumbuhan capat tulang. Pada saat bayi dilahirkan, deformitas kaki kongenital bisa tampak mirip satu dengan lainnya, apapun etiologinya. Kesalahpahaman menyangkut etiologi, patologi dan efikasi penatalaksanaan telah mengisi berbagai literatur karena kegagalan dalam membedakan bentuk idiopatik dari deformitas yang didapat atau sekunder.
Apapun masalahnya, yang terpenting adalah pengenalan dini penyebab deformitas, sehingga rangkaian penatalaksanaan dapat segera direncanakan dan keluarga penderita memperoleh informasi yang akurat, prognosis yang realistik dan menghindari komplikasi iatrogenik akibat kekeliruan dalam program penatalaksanaan clubfoot. Keluarga penderita harus diberikan edukasi yang sejelas-jelasnya, terutama mengenai kemungkinan terjadinya kekambuhan dan kelainan ini tidak dapat terkoreksi sempurna atau normal, adanya gejala sisa.

 Posteromedial release for clubfoot.

Posteromedial release for clubfoot.

Never forcibly evert or pronate the foot during c...Spontaneous correction of the hind foot varus by ...

Never forcibly evert or pronate the foot during clubfoot casting (A), Spontaneous correction of the hind foot varus by abducting the forefoot and allowing the calcaneum to freely rotate under the talus (B)

Complications of manipulation treatment. Rockerbo...

Komplikasi dari manipulasi dan terapi :  Rockerbottom foot.


End Point :

  • Banyak keadaan bisa menyebabkan deformitas clubfoot dengan perubahan struktur serupa abnormalitas ini terbentuk selama masa pertumbuhan capat tulang. Pada saat bayi dilahirkan, deformitas kaki kongenital bisa tampak mirip satu dengan lainnya, apapun etiologinya.
  • Kesalahpahaman menyangkut etiologi, patologi dan efikasi penatalaksanaan karena kegagalan dalam membedakan bentuk idiopatik dari deformitas yang didapat atau sekunder.
  • Paling utama adalah pengenalan dini penyebab deformitas, sehingga rangkaian penatalaksanaan dapat segera direncanakan dan keluarga penderita memperoleh informasi yang akurat, prognosis yang realistik dan menghindari komplikasi iatrogenik akibat kekeliruan dalam program penatalaksanaan clubfoot.
  • Keluarga penderita harus diberikan edukasi yang sejelas-jelasnya, terutama mengenai kemungkinan terjadinya kekambuhan dan kelainan ini tidak dapat terkoreksi sempurna atau normal, adanya gejala sisa.     sumber : http://childrenclinic.wordpress.com/

Selasa, 28 Januari 2014

Tes dan Diagnosis Untuk Kanker Serviks

Para medis bisa menggunakan beberapa cara untuk mendeteksi kanker serviks yang diderita wanita. Awalnya, untuk pemeriksaan biasa, wanita bisa melakukan screening. Kemudian jika mengalami gejala tertentu, dokter akan menyarankan wanita untuk dites dan mendiagnosis mereka dari hasil pemeriksaan tersebut.

Sementara yang terakhir, jika wanita memang positif terkena kanker serviks, mereka tetap perlu melakukan pemeriksaan untuk mengetahui sejauh mana kanker sudah menyebar. Simak selengkapnya penjelasan tentang tes dan diagnosis untuk kanker serviks selengkapnya seperti yang dilansir dari Mayo Clinic berikut ini.

ScreeningScreening ini adalah salah satu cara menurunkan risiko kematian akibat kanker serviks. Sebab semakin cepat kanker terdeteksi, semakin besar kesempatan untuk bertahan hidup. Screening pada kanker serviks meliputi:
  • Tes Pap. Selama tes ini, dokter mengambil sampel dari serviks wanita kemudian dianalisis apakah ada ketidaknormalan sel di dalamnya.
  • Tes DNA HPV. Untuk wanita berusia 30 tahun ke atas, dokter terkadang juga melakukan tes ini. Tujuannya adalah memastikan apakah wanita terinfeksi HPV atau tidak. Sebab wanita dengan HPV lebih berisiko tinggi terkena kanker serviks.

Diagnosis
Ketika wanita mengalami beberapa gejala dari kanker serviks dan hasil tes Pap menunjukkan adanya sel yang berbahaya, beberapa pemeriksaan perlu dilakukan kembali.
  • Memeriksa leher rahim. Dengan alat bernama colposcopy, dokter akan memeriksa leher rahim untuk memantau kondisi sel yang tidak normal.
  • Mengambil sampel kecil. Jika informasi yang diperoleh dari pemeriksaan colposcopy kurang lengkap, dokter kemudian akan mengambil sampel dari sel di leher rahim.
  • Mengambil sampel besar. Pemeriksaan selanjutnya mengharuskan dokter untuk mengambil sampel dalam jumlah lebih besar. Terkadang mereka menggunakan pisau bedah atau laser untuk mengiris jaringan pada leher rahim.

Stadium
Ketika dokter sudah mendiagnosis bahwa seorang wanita positif terkena kanker serviks, kali ini perlu diadakan tes lagi untuk mengetahui seberapa jauh kanker sudah menyebar. Pemeriksaan berdasarkan stadium kanker meliputi:
  • Tes pencitraan. Beberapa jenis tes pencitraan adalah sinar X, scan CT, MRI, dan PET untuk mengetahui seberapa banyak kanker menyebar di leher rahim.
  • Pemeriksaan di kandung kemih dan rektum. Dokter akan menggunakan alat khusus untuk memeriksa kedua bagian tubuh tersebut.
     
Hasil rontgen kanker serviks 

Stadium pada kanker serviks biasanya diindikasikan dengan angka Romawi. Berikut penjelasannya.
  • Stadium I. Kanker sudah menyerang serviks.
  • Stadium II. Kanker menyerang serviks dan vagina tetapi belum menyebar sampai dinding panggul atau vagina bagian bawah.
  • Stadium III. Kanker mulai menggerogoti serviks, dinding panggul, dan vagina bagian bawah.
  • Stadium IV. Kanker sudah mendekati organ terdekat, seperti kandung kemih atau rektum sampai paru-paru, hati, dan tulang.
Itulah penjelasan mengenai tes dan diagnosis untuk kanker serviks. Jangan ragu melakukan pemeriksaan demi mendapatkan penanganan secara tepat dan maksimal
sumber : http://www.merdeka.com

Diagnosa, Gejala dan Cara Pencegahan TBC



TBC Paru - Paru

Paru - Paru TBC atau TBC Paru-paru  adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain dan ditularkan orang ke orang. Ini juga salah satu penyakit tertua yang diketahui menyerang manusia.

Di Indonesia setiap tahunnya bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC paru-paru dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC paru-paru. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC paru-paru di dunia.

Survei prevalensi TBC paru-paru yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC paru-paru di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC paru-paru pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.
 
Diagnosa TBC dapat dilakukan  melalui pengkajian dari gejala klinis, pemeriksaan fisik, gambaran radiologi atau Rontgen Paru  dan pemeriksaan laboratorium klinis maupun bakteriologis.

Gejala klinis yang sering ditemui pada tuberculosis paru adalah batuk yang tidak spesifik  tetapi progresif.
Pada pemeriksaan fisik kadang kita dapat menemukan suara yang khas tergantung seberapa luas dan dan seberapa jauh kerusakan jaringan paru yang terjadi.

Pemeriksaan Rontgen dapat menunjukkan gambaran yang bermacam macam dan tidak dapat dijadikan gambaran diagnostik yang absolut dari Tuberculosis Paru.

 Pada pemeriksaan laboratorium, peningkatan  Laju Endap Darah dapat menunjukan  proses yang sedang aktif ,tapi laju endap darah yang normal bukan berarti menyingkirkan adanya proses Tuberculosis.

 Penemuan adanya BTA pada Dahak , bilasan bronkus ,bilasan lambung ,cairan pleura atau jaringan paru adalah sangat penting untuk mendiagnosa TBC Paru.
Sering dianjurkan untuk pemeriksaan dahak sebanyak 3 kali  untuk dahak yang diambil pada pagi hari.

Gejala penyakit TBC terbagi menjadi dua, yaitu gejala umum dan gejala khusus. Gejala umum secara klinis tidak memiliki ciri khas, sehingga cukup sulit untuk melakukan diagnosis secara klinik

Gejala umum

  •  Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari  disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
  • Penurunan nafsu makan dan berat badan.
  • Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
  • Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala khusus
  • Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
  • Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
  • Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
  • Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
 Pencegahan TBC merupakan salah satu langkah penting bila kita ingin terhindar dari penyakit tersebut.




Tips berikut berguna untuk mencegah Penularan penyakit TBC:
1. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin
2. Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan (air sabun)
3. Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan
4. Menghindari udara dingin
5. Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat tidur
6. Menjemur kasur, bantal,dan tempat tidur terutama pagi hari
7. Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya dan tidak boleh digunakan oleh orang lain
8. Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein
 sumber : http://pojokhidupsehat.blogspot.com 

Sabtu, 25 Januari 2014

Radiasi oh Radiasi…Gaib Tak Kasat Mata!

Tak terbayangkan berapa banyak radiasi yang ada di sekeliling kita, tanpa disadaripun kita turut sebagai penyumbang radiasi, hemm . . manusia sumber radiasikah ? tidak tentunya, segala macam gadget yang selalu menjadi teman kesayangan kita ternyata dalam jangka panjang dapat menjadi musuh utama kita apabila digunakan secara berlebihan.

Teman radiasi yang sangat dekat ialah handphone, alat komunikasi semua kalangan. Bahkan anak-anakpun sudah mahir menggunakannya. Pada saat kita menerima atau melakukan sms/telpon handphone akan memancarkan gelombang elektromagnetik agar dapat berkomunikasi dengan pemancar operator terdekat. Dalam jumlah kecil radiasi ini tidak berbahaya bagi manusia, tetapi dalam jumlah yang besar akan sangat membahayakan bagi kesehatan manusia.


Besarnya radiasi handphone dinyatakan dengan SAR (Specific absorption rate). SAR adalah nilai maksimum radiasi yang diserap oleh tubuh per satuan berat). FCC (salah satu lembaga di AS) menentukan besarnya SAR untuk handphone adalah maksimal sebesar 1,6 W/kg. Negara-negara di Eropa (European Union) menetapkan besarnya SAR maksimal adalah sebesar 2 W/kg.

Penelitian WHO tentang resiko kanker otak yang ditimbulkan oleh radiasi handphone menunjukkan bahwa radisi yang ditimbulkan tidak terlalu besar untuk dikhawatirkan. Namun penelitian baru yang dilakukan oleh India malah sebaliknya. Prof.Kurish Kumar sang peneliti menyebutkan adanya ancaman kanker untuk remaja dan anak-anak karena radiasi handphone ini, dia juga mengatakan bahaya radiasi juga terdapat disekitar menara Base Transceiver Station (BTS). Berikut kutipannya “Satu BTS bisa memancarkan daya 50-100Watt. Negara yang punya banyak operator selular seperti india bisa terpapar daya hingga 200-400Watt. Radiasinya tidak bisa dianggap remeh, bisa sangat mematikan”. Bagaimana dengan Indonesia ? Bukankah operator selularnya begitu banyak ?


Dari pernyataan diatas, berikut dampak radiasi handphone dan menara BTS tersebut :

1. Resiko kanker otak pada anak-anak dan remaja meningkat 400% akibat penggunaan ponsel. Makin muda umur pengguna ponsel, makin besar resiko yang didapat.

2. Pada orang dewasa penggunaan ponsel 30menit/hari selama 10 tahun dapat meningkatkan resiko kanker dan acoustic neuroma (sejenis tumor yang menyebabkan tuli).

3. Radiasi ponsel juga dapat menurunkan produksi sperma laki-laki sampai 30%.

4. Frekuensi radio pada ponsel juga menyebabkan perubahan DNA pada tubuh dan melepas radikal bebas. Radikal bebas bersifat karsinogenik atau pemicu kanker.

5. Medan elekromagnetik disekitar menara BTS dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh, akibatnya tubuh mengalami reaksi alergi seperti ruam dan gatal-gatal.

6. Akibat pemakaian ponsel yang berlebihan , frekuensi radio yang digunakan (900 MHz, 1800 MHz and 2450 MHz) dapat meningkatkan temperatur di lapisan mata sehingga memicu kerusakan kornea.

7. Risiko kelenjar air ludah meningkat akibat penggunaan ponsel secara berlebihan.

8. Medan magnetik di sekitar ponsel yang menyala bisa memicu kerusakan sistem syaraf yang berdampak pada gangguan tidur. Dalam jangka panjang kerusakan itu dapat mempercepat kepikunan.

9. Medan elektromagnetik di sekitar BTS juga berdampak pada lingkungan hidup. Burung dan lebah juga mengalami disorientasi atau kehilangan arah sehingga mudah stress karena tidak bisa menemukan jalan pulang ke sarang mereka.


Masih banyak bahaya radiasi handphone yang “mungkin” saja sudah diketahui kita bersama tapi masih sangat sulit sekali memisahkan handphone dari kehidupan masyarakat. Saat ini sudah 3 miliar orang memakai handphone diseluruh dunia (dan masih akan terus bertambah), bayangkan radiasi yang ditimbulkan dari setiap handphone tersebut apabila digabungkan. Bahkan angka ini lebih besar daripada pengguna rokok. Seperti telah diketahui pengguna rokok meninggal 5 juta orang setiap tahunnya. Bagaimana dengan penggunaan handphone ? kita bisa lihat dalam jangka waktu ke depan.


Saat ini badan lingkungan eropa telah mendorong untuk studi lebih lanjut. Badan independen ini mengungkapkan bahaya ponsel lebih berbahaya dari asbak, merokok, dan bensin timbal. Kepala sebuah penelitian kanker terkemuka di University of Pittsburgh mengirim memo kepada seluruh karyawan mendesak mereka untuk membatasi penggunaan telepon seluler karena kemungkinan resiko kanker.


Sangat sulit memang melepaskan “teman setia” dalam hidup kita, tapi kalo itu sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Wajib dipikirkan lagi ya kawan. Toh, tidak dapat dipungkiri kalau handphone sangat menunjang komunikasi kita dengan orang-orang sekitar, maka dari itu, ada beberapa tips dari Ann Louise Gittleman, PhD, penulis buku bestseller versi harian New York Times, Zapped untuk meminimalisasi radiasi ponsel :

1. Aktifkan speaker

Menggunakan speaker saat berbicara akan mengurangi energi dan tingkat kekuatan radiasi handphone. Semakin jauh dari antena handphone maka semakin sedikit radiasinya. Kabel headset pada banyak ponsel juga bisa digunakan untuk antena, sehingga penggunaan headsetpun tidak bisa meminimalkan radiasi handphone.

2. Lebih baik SMS-an saja

SMS mengurangi paparan radiasi, karena terhindar dari kepala dan tubuh kita, tapi jangan memangku handphone tsb. Karena pada kaum lelaki bisa merusak vitalitas dan motilitas, volume sperma akan meningkat, sehingga tak akan baik pengaruhnya untuk rahim.

3. Pilih profile OFFLINE mode

Saat tidak digunakan usahakan handphone dimatikan, atau paling tidak pilih offline mode, standalone, atau flightmode yang akan mematikan transmitternya.

4. Gunakan bergantian antara kuping kanan dan kiri

Pada saat menelepon jangan terpaku dengan satu pendengaran saja, harus diimbangkan antara kuping kanan dan kiri, secara bergantian. Hal ini bisa membatasi paparan pada satu sisi kepala saja, yang sering dikaitkan dengan meningkatnya risiko tumor otak dan kanker kelenjar ludah pada telinga yang sering digunakan untuk mendengarkan ponsel.

5. Hindari ruang sempit

Karena akan menyebabkan radiasi terpusat pada ruangan tersebut.

6. Perhatikan sinyalnya

Jangan menggunakan ponsel ketika sinyalnya lemah, atau ketika Anda sedang berkendara di dalam mobil yang melaju sangat cepat (kereta api juga termasuk). Pada saat sinyal lemahpun usahakan tidak untuk menerima telepon, karena handphone akan sangat bekerja keras untuk mencari sinyal, dan ini meningkatkan gelombang radiasi dari handphone.

Semoga Bermanfaat


SUMBER :

TIPS Kurangi Bahaya Radiasi Ponsel

Dari kisah nyata baru-baru ini yaitu seorang gadis muda belia yang gencar sekali menggunakan teknologi handphone ini. Namun ada kejadian aneh baru-baru ini menimpanya, sering terjadi gelombang-gelombang kecil yang menggerakkan tangan-tangannya tanpa disadari hingga menyebabkan gangguan kesadaran dan akhirnya dia harus dirawat di ruang ICU (Instalasi Care Unit).
Dari hasil CT Scan didapatkan penyebabnya adalah radiasi, dilihat dari pekerjaanya,tidak ada yang kemungkinan menyebabkan radiasi, dari aktivitasnya pun tidak ada, namun ada satu benda yang kemudian dicurigai dokter karena intensitasnya bersama nyaris 24 jam, yaitu hand phone yang selalu menemaninya hingga saat tidur pun.
Begitu tingginya tingkat radiasi yang disebabkan oleh ponsel bagi kesehatan penggunanya seperti timbulnya tumor otak, kanker dan lain sebagainya peneliti di Amerika telah membuat tip untuk menghindari atau mengurangi dampak radiasi yang telah di sebabkan oleh ponsel. hal ini seperti yang telah di ungkapkan dalam situs The Food and Drug Administration’s yakni:
Bahwa bukti adanya hubungan antara ponsel dengan masalah kesehatan memang belum ada, namun FDA membenarkan bahwa ponsel mengeluarkan radiasi level rendah dan energi radiofrekuensi (RF) tidak panas yang tidak akan merusak DNA.
Meskipun demikian, energi RF bersifat kumulatif dan bisa juga membahayakan jika berlebihan. Apalagi saat ini sudah banyak anak-anak yang memiliki ponsel dan berisiko terkena radiasi tersebut. Jika ketika masih kecil sudah terkena radiasi tersebut, kemungkinan pada saat dewasanya akan mengalami gangguan kesehatan.
Sebelumnya, organisasi The Environmental Working Group (EWG) pernah melakukan studi pada tahun 2007 dan melaporkan bahwa adanya peningkatan jumlah anak hiperaktif sebesar 80 persen pada anak-anak yang semasa kecilnya menggunakan ponsel atau ketika di dalam kandungan ibunya sering menelepon dengan ponsel.
Untuk itu, satu-satunya langkah mengurangi radiasi tersebut adalah dengan menjauhkannya sebisa mungkin dengan organ tubuh “Sebaiknya gunakan speaker daripada mendekatkan ponsel ke telinga. Jarak otak dan telinga yang dekat akan membuat radiasinya cepat masuk ke otak
dan inilah beberapa tip yang telah di keluarkan oleh peneliti Amerika untuk mengurangi atau menghindari radiasi yang telah di sebabkan oleh ponsel yakni:
  1. 1.  Menggunakan telepon umum (biasa) jika ingin berbicara cukup panjang
    2. Jika tidak memungkinkan memakai speaker, gunakan headset untuk menjauhkan radiasi dari tubuh
    3. Tidak meletakkan handphone dalam satu ranjang ketika sedang tidur
    4. Cari tahu berapa jumlah RF dari ponsel dengan menggunakan metode Specific Absorption Rate atau SAR. Di Amerika, SAR yang diperbolehkan adalah 1,6 watt per kilogram dan setiap ponsel memiliki SAR yang berbeda-beda.
    5. Setiap perusahaan ponsel memberi keterangan label emisi radiasi pada ponselnya agar konsumen bisa lebih mengantisipasi bahayanya.
Sudah lama diakui bahwa gelombang yang berasal oleh telepon genggam alias handphone bisa menyebabkan gangguan kesehatan dan mental mulai dari yang ringan sampai yang berat. Beberapa dampak buruk akibat pemakaian telepon tanpa kabel adalah seperti gangguan emosional pada anak karena penggunaan hape saat anak-anak serta ibu hamil, tumor otak/glioma, dan lain sebagainya.
Kurangi segera pemakaian telepon seluler anda agar terhindar dari bahaya resikonya dengan bantuan beberapa tips berikut ini :
1. Gunakan Alat Bantu Ponsel Agar Tidak Terhubung Langsung
Gunakan aksesoris  berupa handsfree, headset, earphone atau speakerphone saat bicara dengan handphone agar menjauhkan radiasi dari otak yang berdekatan dengan telinga kita. dan juga Aktifkan speaker  karena dengan  menggunakan speaker saat berbicara akan mengurangi energi atau tingkat kekuatan radiasi ponsel. Semakin jauh Anda dari antena ponsel, semakin rendah sinyalnya. Kabel headset pada banyak ponsel juga bisa bertindak sebagai antena, sehingga dapat mengirimkan sejumlah radiasi elektromagnetik ke kepala Anda.
2. Jangan Terlalu Sering Menggunakan Ponsel
Batasi waktu penggunaan hp, jangan terus-menerus berada dekat dengan kita. jika kita tidur matikan saja hp dan nyalakan telepon rumah kabel biasa, aksesoris online.
3. Ingat Waktu
Jangan menelepon terlalu lama dengan hape karena lebih baik memakai telepon rumah biasa yang memakai kabel yang bebas radiasi gelombang elektromagnetik.
4. Jangan Tidur Bersama Ponsel
Jauhkan handphone yang aktif dari tempat tidur kita jangan sampai kita tidur dekat dengan hp untuk menghindari paparan radiasi terus-menerus di tempat yang sama. Anda memang membutuhkan alarm pada ponsel untuk membantu Anda bangun pagi. Tetapi, jangan meletakkan ponsel di dekat posisi kepala Anda. Medan elektromagnetik bisa mengurangi produksi melatonin pada tubuh, dan penyapu radikal bebas yang dapat melindungi sel-sel tubuh Anda dari kerusakan DNA. Seperti Anda tahu, kerusakan DNA dapat meningkatkan risiko kanker dan penyakit lain.
5. Beli Ponsel yang Low Radiation
Beli hape yang memiliki RF Specific Absorption Rate atau SAR rendah di bawah 1,6 watt/kg agar radiasi yang dihasilkan tidak terlalu besar yang dapat mengganggu organ tubuh kita. aksesoris online.
6. Hindari Kontak Langsung dengan Tubuh
Hindari menaruh ponsel di tempat yang tetap di dekat tubuh kita dalam jangka waktu yang lama. Jika sering di kantong celana maka sering-sering dipindahkan ke saku atau media penyimpanan yang lain. Dalam suatu penelitian, ditemukan bahwa pria yang membawa ponselnya di dalam saku celana cenderung memiliki jumlah sperma yang 25 persen lebih rendah dibandingkan dengan kelompok pria lain yang tidak menyimpan ponselnya di saku celana. Bagian lain dari tubuh menyerap radiasi pada intensitas yang berbeda, dan jaringan testikular kemungkinan juga lebih mudah diserang.
7. Pelajari dulu Jenis Ponsel yang akan diBeli
Pelajari produk ponsel yang anda akan beli dan belilah yang mencamtumkan info keterangan label emisi radiasi lalu pilihlah yang aman bagi tubuh kita dan orang di sekitar kita. aksesoris online.
8. Menghindari Dekat dengan Orang yang sedang Menelpon
Jauhi teman atau orang yang berada di sekitar kita yang sedang bertelepon ria dalam jangka waktu lama agar kita tidak terkena imbas radiasi ponsel milik orang lain.
9. SMS-an saja
Bila hobi Anda SMS-an, ini saatnya Anda memaksimalkan hobi Anda. Mengirim teks membatasi durasi paparan radiasi, dan menjaga jarak ponsel dari kepala dan tubuh kita. Namun perhatikan juga, pria sebaiknya tidak SMS-an sambil memangku ponsel. Jumlah studi yang menemukan kerusakan vitalitas dan motilitas (sperma yang dapat bergerak sendiri secara spontan) sperma dilaporkan meningkat. Bisa jadi, hal ini pun tak akan baik pengaruhnya pada rahim.
10. Pilih offline mode
Saat ponsel tidak digunakan, biasakan untuk mematikannya. Atau, atur menjadi offline, standalone, atau flight mode, yang akan mematikan transmitter-nya namun masih memungkinkan Anda untuk menggunakan ponsel untuk main game atau mendengarkan musik. Pokoknya, membuka aplikasi lain kecuali menelepon dan browsing internet.
11.  Dari Kuping Kiri ke Kuping Kanan
Bila ada kondisi yang mengharuskan Anda menelepon, cobalah memindahkan ponsel dari telinga kiri ke telinga kanan berulang kali. Hal ini bisa membatasi paparan pada satu sisi kepala saja, yang sering dikaitkan dengan meningkatnya risiko tumor otak dan kanker kelenjar ludah pada telinga yang sering digunakan untuk mendengarkan ponsel.
12. Hindari Ruang Sempit
Saat berada di lift, kereta, atau mobil, sebaiknya tak usah sering-sering menelepon. Lagipula, menggunakan ponsel saat mengemudi juga akan membahayakan keselamatan Anda maupun pengguna jalan raya lainnya.
13. Perhatikan Sinyal
Jangan menggunakan ponsel ketika sinyalnya lemah, atau ketika Anda sedang berkendara di dalam mobil yang melaju sangat cepat (kereta api juga termasuk). Hal ini secara otomatis akan memicu kekuatan sinyal hingga maksimum, karena ponsel berusaha terhubung ke antena relay yang baru.
14. Kurangi bermain-main dengan Smartphone
Perangkat seperti BlackBerry atau iPhone menghasilkan emisi yang lebih tinggi daripada ponsel, karena mereka bergantung pada energi dari baterai untuk melakukan aktivitas e-mail, koneksi internet, dan men-display warna.
15. Jauhkan Ponsel Ketika Belum Tersambung
Setelah menekan tombol nomor ponsel teman Anda, jangan langsung mendekatkan ponsel ke telinga. Saat itu, ponsel itu sedang berusaha terkoneksi, dan sedang mengirimkan sinyalnya yang terkuat, tunggu beberapa saat sampai panggilan Anda terkoneksi ke jaringan operator, baru kemudian tempelkan telinga ke speaker. Sedikit banyak hal ini bisa mengurangi efek radiasi.
16.   Rentan Terhadap Anak-Anak
Anak-anak tentu memiliki ketahanan fisik yang lebih lemah ketimbang orang dewasa, termasuk dalam hal radiasi handphone. Untuk itu biasakan Anak Anda untuk tidak terlalu sering memanfaatkan handphone untuk aktifitas voice. Tapi Anak-anak perlu juga diberi pemahaman untuk pemanfaatan handphone di kala darurat.
17.  Jangan Gunakan Handphone di Elevator
Elevator (Lift) telah menjadi standar fasilitas di gedung-gedung bertingkat. Elevator pun kini sudah banyak yang dilengkapi penguat sinyal oleh para operator. Namun ada pendapat untuk menunda bertelepon di dalam ruang metal tertutup, dalam hal ini adalah elevator dan kendaraan box. Alasannya aktifitas handphone dapat memicu hukum Faraday sehingga bisa menjebak radiasi yang dipancarkan dan di khwatirkan akibatnya berbalik ke pengguna.
18.   Indikator Kekuatan Sinyal
Dikala ingin melakukan panggilan, sebaiknya perhatikan pula kondisi jaringan operator di layar handphone. Jika melakukan panggilan di saat sinyal lemah atau satu bar maka proses kerja handphone untuk terkoneksi ke jaringan operator bertambah berat. Ini juga membawa efek pada tingkat radiasi.
19.   Gunakan Handphone dengan SAR Rendah
Setiap handphone yang beredar memiliki tingkat SAR (specific absorption rate) yang berlainan. SAR diartikan sebagai ukuran tingkat penyerapan energi dari RF (radio frequency) yang dapat masuk ke dalam tubuh. Semakin rendah tingkat SAR maka kian bagus handphone yang dimaksud. Indikator SAR umumnya sudah disertakan dalam buku manual pengoperasian handphone.
20.   EMR Protection
Gunakan perangkat baik handphone ataupun lainnya dengan validasi EMR (Electric & Magnetic Radiation) protection. Salah satu yang mencuat saat ini seperti pemanfaatan bio energy dan Scalar Energy. Radiasi EMR dapat bersifat kumulatif pada tubuh Anda, wujud yang paling mudah dilihat yakni biological stress. Jadi sangat penting untuk menggunakan Pelindung Anti Radiasi.
21.   Mengkonsumsi Suplemen
Radiasi dari perangkat Microwave di base station dapat mengurangi tingkat anti oxidant di dalam tubuh. Hal ini bisa menjadi ancaman, sebab anti oxidant diperlukan tubuh untuk perlindungan dan membawa pengaruh pada indikator stress, infeksi dan penyakit-penyakit lain. Untuk itu Anda perlu mengkonsumsi suplemen yang mengandung elemen Melatonin, Zinc, Gingko Biloba dan Bilberry Extract. Keempat elemen tersebut bisa meningkatkan anti oxidant, melindungi sel otak dan kesehatan mata.  
Pengguna ponsel berat (beberapa jam / hari) ditemukan terkena kangker getah bening non-Hodgkin pada leher di area yang sering mengalami kontak ponsel. Beberapa menit paparan radiasi ponsel dapat mengubah 5% sel kangker aktif menjadi 95% sel kangker aktif, selama periode paparan dan beberapa saat setelah itu. Risiko terkena tumor yang amat langka, neuro-epithelia, yang berkembang di luar otak, meningkat dua kali lipat pada penggunaan ponsel di bandingkan non-pengguna.
Pada tahun 1998, tercatat tak kurang 8 tuntutan hukum berkenaan dengan timbulnya tumor otak akibat penggunaan ponsel.

Kerusakan Sistem Pertahanan Tubuh dan DNA
Beberapa studi menunjukkan bahwa radiasi ponsel telah menyebabkan kerusakan DNA dalam sel tubuh. Menurut penelitian di Inggris, radiasi dari frekuensi radio yang lemah serupa dengan dipancarkan ponsel – dapat melemahkan system pertahanan tubuh yang bertugas melawan infeksi dan penyakit.

Bayi Cacat
di USA Radiasi ponsel juga dikaitkan dengan bahaya terhadap ibu hamil dan janin yang dikandungnnya. Sebuah studi menunjukkan bahwa radiasi ponsel menyebabkan cacat pada emberio ayam.

 Peningkatan Tekanan Darah
Jerman. pada sebuah studi yang dilaporkan dalam media Lancet pada 1998, tekanan darah pada subyek yang diteliti meningkat 5-10Hg-peningkatan yang lebih dari cukup untuk memicu stroke atau serangan jantung pada orang-orang yang berisiko tinggi.
Ini kali pertama sebuah bukti yang sangat meyakinkan bahwa radiasi ponsel dapat mengubah fungsi sel dalam badan manusia.

Penyakit Alzheimer’s, Multiple Sclerosis & Parkinson’s
Swedia. Hanya dalam tempo dua menit terpapar pancaran gelombang ponsel, dapat melemahkan batas pengaman dalam darah, sehingga protein dan racun/toksin bocor dan kemudian masuk ke dalam otak. Inilah yang membuka jalan bagi berkembangnya berbagai penyakit seperti Penyakit Alzheimer’s, Multiple Sclerosis & Parkinson’s
Studi lain menunjukkan pengguna ponsel 30 menit/ hari terkena risiko pikun (memory loss) dua kali lipat disbanding pengguna ponsel kurang dari dua menit/hari.
USA Riset terhadap tikus menunjukkan paparan gelombang ponsel selama 45 menit menyebabkan
terhambatnya kemampuan belajar dan ingatan jangka pendek mereka.
Inggris. Riset yang disponsori pemerintah menunjukkan keterkaitan antara radiasi ponsel dengan kehilangan ingatan jangka pendek dan pikun sesaat.

Jantung dan Batu Ginjal
Eropa. Riset baru-baru ini menunjukkan radiasi ponsel dapat menyebabkan kebocoran hemoglobin – pembawa oksigen ke seluruh tubuh – dari sel darah merah, hal ini berakibat pada timbulnya sakit jantung dan batu ginjal.

Penurunan Gairah Sex, Rasa Terbakar dan Kelelahan
Ukroina. Riset pada binatang menunjukkan pengguna ponsel dapat menurunkan gairah sex secara drastis. Tikus yang terpapar radiasi ponsel menghasilkan jauh lebih sedikit hormone testoteron dalam darah dibandingkan tikus yang tak terpapar. Semakin tinggi tingkat radiasi semakin sedikit testosterone yang dihasilkan, sehingga menurunkan gairah seksual.
Skandinavia. Riset yang disponsori oleh industry ponsel, pemerintah Norwegia dan Swedia menegaskan adanya korelasi antara lama frekuensi/ seringnya penggunaan ponsel dengan munculnya gejala-gejala kelelahan/ fatique rasa terbakar, dan sakit kepala. Pengguna ponsel juga ada yang melaporkan telah mengalami kulit gatal-gatal, terbakar dan kejang-kejang.

 Racun Dari Tambalan Gigi
Riset pun menunjukkan bahwa radiasi ponsel dapat mengaktifkan mercuri dalam tambalan gigi sehingga menghasilkan sejenis gas beracun. Beberapa pakar percaya bahwa gas itu dapat menyerang otak dan system syaraf sehingga mengakibatkan kondisi seperti depresi, asthma, Alzheimer’s dan Multiple Sclerosis.

Sakit Kepala, Pusing-Pusing, Kehilangan Konsentrasi
Swedia. Riset yang disponsori industry ponsel terhadap 11.000 pengguna ponsel 4 – 5 kali sehari menghadapi risiko 3,6 x lebih besar terkena sakit kepala dari pada pengguna ponsel kurang dari dua kali sehari. Para pengguna juga menghadapi risiko 2,3 kali terkena pusing-pusing dan 5,4 kali terkena kehilangan konsentrasi dibanding non-pengguna. Orang-orang muda menghadapi risiko lebih besar, mereka yang berusia dibawah 30 tahun menghadapi risiko 3 – 4 kali lebih besar dibandingkan pengguna yang lebih tua.

BAHAYA RADIASI HP – HANDPHONE TERHADAP ORGAN TUBUH KITA
Di seluruh dunia saat ini telah terdapat 570 juta pemakai handphone dan dalam jangka waktu 5 tahun lagi jumlahnya akan terus meningkat hingga mencapai 1,4 bilion.
Suatu hal yang tetap masih menjadi perselisihan pendapat tentang pemakaian telephone selular adalah mengenai bahaya terdapatnya radiasi yang dicurigai dapat menimbulkan terjadinya tumor otak pada pemakainya. Isu kontroversi mengenai apakah gelombang radiasi yang dipancarkan antena hand-phone berhubung demikian dekatnya ke kepala sewaktu pemakainya berbicara hingga dapat mengganggu jaringan sel otak yang rawan terhadap paparan gelombang elektromagnetik.
Isu negatif ini menjadi sangat membimbangkan ketika awal Ogos tahun lalu seorang ahli saraf (neurologist) dari Maryland, AS mengajukan saman bernilai $ 800 juta kepada pembuat mobile-phone serta Persatuan Industri Telekomunikasi Selular ( CTIA – Cellular Telephone Industry Association ). Neurologist tersebut ialah Dr. Christopher Newman yang menderita penyakit tumor otak yang muncul kerana keaktifannya dalam menggunakan hand-phone. Namun sampai saat ini saman tersebut masih berhasil ditolak dengan alasan bahwa bukti dan kajian ilmiah yang mendukung risiko terjadinya kanker otak dinilai tidak cukup meyakinkan.
Gelombang elektromagnetik yang dipancarkan handphone adalah sejenis gelombang microwave yang termasuk jenis radiasi non-ionisasi dan levelnya tergolong rendah / low level radiation. Dari puluhan kajian ilmiah yang telah dilakukan sampai sekarang ini, belum terdapat bukti ilmiah hasil olahan kajian yang skala cakupan dan secara komprehensif dapat meyakinkan bahwa efek radiasi non-ionisasi pada pemakaian handphone berakibat serupa dengan efek pancaran radiasi gelombang elektromagnetik jenis ionisasi yang telah dinyatakan positif sebagai salah satu penyebab tumor otak atau pun kerusakan DNA pada sel jaringan tubuh manusia.
Walaupun demikian berhubung bagi pengguna yang kerap memakai handphone, para ahli mengingatkan pemakai mobile-phone agar tetap bijak dan berhati-hati. Para ahli organisasi kesehatan sedunia (WHO) sangat menganjurkan agar pemakaian hand-phone terutama di kalangan usia kanak-kanak dibatasi sedemikian rupa ataupun pemakaiannya dengan menggunakan “hands-free” guna untuk meminimalkan risiko yang mungkin terjadi, berhubung alasan rawannya sel otak dalam usia kanak-kanak yang sedang mengalami pertumbuhan.
WHO tengah mengadakan kajian menyeluruh mencakup 10 negara guna menyingkap kesan pemakaian mobile-phone terhadap risiko terjadinya kancer pada jaringan tubuh di daerah leher dan kepala.
Badan FCC Amerika telah menguji tingkat radiasi yg dipancarkan beberapa handphone. Kekuatan radiasi handphone yg akan diterima otak atau yg dinamakan SAR (Specific Absorption Rate) diukur dalam satuan watt/kg. FCC menetapkan bahwa semua handphone yg memancarkan radiasi diatas 1.6 watt/kg dilarang untuk diproduksi (dilarang masuk di amerika).
Sebenarnya semua handphone yg beredar masih bisa dikategorikan “aman” karena tingkat SAR-nya masih dibawah 1.6 watt/kg. Meskipun demikian ada beberapa org yg merasa agak pusing atau telinganya panas setelah menggunakan handphone-handphone yg dikategorikan “aman” tersebut. Jadi yg betul-betul aman (bukan sekedar aman saja) adalah yg tingkat radiasinya dibawah 1 watt/kg. Maka dari itu utk memisahkan yg “aman” dan yg “betul-betul aman”.
 Ada beberapa hasil penelitian (dari “ELECTRICAL SENSITIVITY”nya Prof. Dr.dr.anies, M.Kes,PKK ) yaitu sebagai berikut:
  • Penelitian di Finlandia, radiasi elektromagnetik telepon seluler selama 1 jam mempengaruhi produksi protein pada sel. Meskipun tdk harus membahayakan kesehatan, tetapi jika terjadi pd sel otak dpt berakibat fatal.
  • Laporan dari European Journal of Cancer Prevention Augst 02 menyatakan pengugnaan HP lebih rentan bagi timbulnya kanker orak daripada tdk pernah menggunakannya sama sekali
  • ICNIRP (International Comission on Non Ionizing Radiation Protection) dan FCC (Federal Communication Commision) menyatakan telepon seluler aman, meskipun wajib bagi produsen mencantumkan tingkat pajanan radiasi SAR (Spesific Absorption Rate) pada buku manualnya
  • Meskipun emisi telepon seluler sangat kecil, apabia berada di dekat kepala selama beberapa menit dpt menaikan suhu di sel-sel otak sekitar 0,1 derajat C.

Beberapa Penemuan di berbagai negara tentang Bahaya-bahaya penggunaan ponsel :
Memanaskan Otak dan Kulit
  • Di Inggris. Ponsel dapat membuat panas otak sehingga mengganggu fungsinya. Sebuah kajian yang telah diterbitkan di Inggris tahun lalu, mengungkapkan tingkat paparan (exposure) gelombang dari ponsel yang ditempelkan di dekat telinga atau bagian badan tertentu lebih besar daripada tingkat paparan dari stasiun ponsel terhadap seluruh badan.
  • Di Swedia. Sebuah studi menunjukkan peningkatan rasa/sensasi panas sebesar 48 kali terhadap telinga, muka dan kepala dari pengguna ponsel. Di Swedia juga dilaporkan pada tahun 2006 bahwa kita memiliki risiko 240 persen lebih besar terkena kanker otak berbahaya, tepatnya di bagian kepala yang berdekatan dengan telinga yang sering digunakan untuk bertelepon. Penggunaan ponsel meningkatkan risiko terkena tumor otak sebesar 2,5 kali. Anak-anak yang tulang tengkoraknya lebih tipis dan otaknya lebih kecil menghadapi risiko lebih besar.
    Australia. Tikus percobaan yang terkena radiasi ponsel selama 18 bulan, menghadapi tingkat risiko dua kali lipat terkena kanker.
  • Di Rusia. Ponsel dapat meningkatan suhu permukaan kulit sampai 4,7 oC yang dapat mengarah ke timbulnya kangker kulit. Di Inggris, ditemukan seorang pengguna ponsel yang meninggal karena tumbuhnya sel-sel kanker pada permukaan kulit yang sering bersentuhan dengan ponsel.
  • Di USA. Pengguna bersat ponsel mengalami penurunan hormone melatonin yang amat penting untuk mencegah berkembangnya sel-sel kangker.
    di Austria Perokok pengguna ponsel punya risiko lebih besar terkena kangker dibanding pengguna ponsel non perokok.
Beberapa peneliti memperingatkan bahwa dampak panas ponsel ini dapat menyebabkan paras pengguna bergaris-garis dan cekung yang menjadi awal terjadinya penuaan dini. Diduga panas menyebabkan sel-sel badan menurun kerjanya karena proses-proses dalam sel tak dapat berjalan secara efisien.
Ayo Kurangi Resiko Radiasi Ponsel HP Anda.
Sumber : http://norma07dp.wordpress.com/tips-kurangi-radiasi-ponsel/